1. Grass Court (lapangan rumput)
Seperti namanya, lapangan ini
terbuat beralaskan rumput namun tentu saja yang ditumbuhkan pada tanah yang
keras agar memiliki pantulan. Karakteristik lapangan ini adalah yang tercepat
dalam hal laju bola di lapangan. Bola cenderung untuk meluncur dan hanya
sedikit memiliki efek pantulan karena friksi minimum yang dihasilkan dari
lapangan rumput. Karena biaya perawatannya yang mahal terutama untuk perawatan
rumput dan tanahnya, saat ini lapangan rumput sudah jarang dijumpai.
2. Hard Court (lapangan semen)
Lapangan ini adalah lapangan
tenis yang paling populer di mana-mana. Umumnya lapangan hardcourt terbuat dari
semen atau dibeberapa tempat terbuat dari bahan pasiran yang di aspal.
Karakteristik lapangan ini termasuk cepat-sedang, tergantung dari bahan yang dibuat
untuk lapangannya. Untuk lapangan yang terbuat dari semen memiliki
karakteristik cepat, tapi untuk yang berbahan pasir atau kerikil yang di aspal
umumnya sedang. Di luar negri terdapat pula bahan sintetis untuk melapisi
lapangan tenis, contohnya bahan Deco Turf (terbuat dari akrilik) dipakai untuk
lapangan di Flushing Meadows rumahnya US Open atau di Australian Open memakai
Rebound Ace.
3. Clay court (lapangan tanah liat)
Lapangan ini terbuat dari
serpihan-serpihan tanah liat atau pasiran dari batu bata yang dihancurkan.
Lapangan model ini umumnya memiliki karakteristik lambat. Laju bola yang
bergulir di lapangan memiliki putaran yang lambat sehingga memungkinkan bagi
pemain untuk dapat memainkan bola lebih lama dengan rally-rally yang panjang.
Di lapangan ini umumnya yang menguasai adalah baseliner karena sifatnya yang
lebih defensif. Pemain yang memiliki pukulan topspin akan menghasilkan pukulan
yang lebih melenting daripada biasanya di lapangan Hard Court. Lapangan clay
4. Indoor
Istilah ini sebenarnya lebih
pantas untuk masuk klasifikasi di luar negri. Di Indonesia lapangan indoor atau
dalam ruangan yang umumnya adalah lapangan hard court, walaupun ada juga
lapangan indoor clay seperti di lapangan tenis UMS 80, Kuningan, Jakarta.
Tetapi kalau di luar negri, terutama di Amerika dan Eropa, lapangan dilapisi
oleh karpet berbahan sintetis. ITF (International Tennis Federation) sendiri
mengartikan lapangan karpet itu berbahan dasar dari karet seperti yang
digunakan pada lapangan Tennis Masters. Namun ada pula yang memakai semacam
rumput sintetis ataupun kayu tetapi jarang.
Dari uraian di atas,
karakteristik lapangan tenis menurut laju bolanya kira-kira ada 2, yaitu: cepat
dan sedang-lambat. Permainan yang dimainkan di lapangan cepat (grass court dan
hard court) dimana bola meluncur dan efek pantulan sedikit terjadi sangat cocok
bagi pemain yang memiliki servis yang keras, pukulan yang flat (mendatar dan
tidak memantul) serta pemain volleyer. Contoh nyata pemain pro yang merajai di
lapangan cepat umumnya memiliki tipe service-volley, seperti John McEnroe,
Borris Becker, Pete Sampras dan All Around player seperti Roger Federer.
Sedangkan untuk lapangan sedang-lambat (hard court dan clay) pemain yang
memiliki permainan baseliner, biasa dengan rally-rally panjang dan
pukulan-pukulan topspin yang melenting akan diuntungkan di lapangan ini. Contoh
pemain pro yang merajai di lapangan sedang-lambat adalah Andre Agassi, Sergi
Bruguera atau raja clay saat ini yaitu Rafael Nadal.
Jadi tipe permainan pun mau tidak
mau tergantung dari lapangannya juga. Pemain yang biasa di lapangan lambat akan
tidak efektif bila mengaplikasikan pukulan-pukulan topspin-nya di lapangan
cepat terutama rumput dan sebaliknya pun begitu. Bahkan Federer pun hingga
sekarang masih belum bisa merebut Grand Slam di lapangan clay (French Open)
yang saat ini dikuasai Rafael Nadal, begitupun sebaliknya.
http://prasso.wordpress.com/2007/12/05/tipe-tipe-lapangan-tenis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar